Di tengah pandemi corona yang saat ini belum memperlihatkan titik untuk segera berakhir, kekhawatiran melanda seluruh dunia. Banyak negara di berbagai benua kemudian memutuskan melakukan lockdown untuk mencegah penyebaran corona. Praktis, kegiatan perekonomian terhenti dan memicu kondisi panic buying. Yakni suatu kondisi dimana masyarakat panik berbelanja dan memborong berbagai kebutuhan untuk bekal selama karantina.
Cara Pemerintah Dunia Mengatasi Panic Buying
Kebijakan lockdown mungkin sangat efektif mencegah penyebaran corona dibanding kebijakan lain, namun bukan berarti bebas resiko. Salah satu resiko kebijakan lockdown adalah terjadinya panic buying yang membuat persediaan kebutuhan pokok di pasaran menjadi langka.
Pemerintah mau tidak mau harus memberlakukan kebijakan agar setiap warganya mampu mendapatkan dan membeli kebutuhan pokok selama lockdown. Pemerataan kebutuhan pokok ini disikapi dengan berbeda oleh masing-masing negara. Berikut beberapa cara pemerintah dunia untuk menanggulangi panic buying masyarakatnya:
1. Spanyol
Pemerintah Spanyol memutuskan untuk mengatur jaringan supermarket di seluruh penjuru negerinya. Tercatat ada 24.300 toko dan dan supermarket yang menjadi destinasi masyarakat belanja kebutuhan pokok. Semua stoknya diatur agar masing-masing tempat bisa melayani kebutuhan 840 orang.
2. Perancis
Perancis juga berkomitmen untuk menjaga persediaan bahan pangan dan kebutuhan pokok lain sekitar 90-95%. Persediaan ini diperkirakan oleh pihak pemerintah dapat bertahan sampai beberapa bulan ke depan.
3. Italia
Negara Italia mengambil kebijakan untuk tetap memproduksi kebutuhan bahan pangan. Cara yang ditempuh adalah membiarkan sekitar 3 juta orang di rantai suplai makanan tetap produktif. Mulai dari perusahaan peternakan, pertanian, dan produsen makanan sehingga stok selalu tersedia selama lockdown diberlakukan.
4. Inggris
Pemerintah di Inggris menjalin kerjasama dengan pengusaha ritel untuk menetapkan kebijakan terbaik selama lockdown. Salah satunya kebijakan untuk menghimbau seluruh masyarakat bijak dalam membeli kebutuhan pokok. Mengutamakan yang diperlukan dan memaksa setiap orang belanja dalam jumlah sesuai kebutuhan bukan memborong.
5. Taiwan
Negara Taiwan diketahui menjadi supplier masker terbesar ke beberapa negara, namun sejak diberlakukan lockdown kegiatan impor dihentikan secara total. Masker buatan dalam negeri disebar atau dibagikan ke seluruh masyarakat di Taiwan, dan pemerintah mengatur intensitas pembelian masker. Yakni 3 kali seminggu untuk orang dewasa dan 4 kali seminggu untuk anak-anak.
6. China
Kondisi terparah akibat pandemi corona dialami oleh China, dan kebutuhan masker menjadi sangat vital disana. Oleh sebab itu pemerintah mengubah banyak pabrik untuk menjadi pabrik masker. Supaya stok masker selalu tersedia, mulai dari pabrik otomotif yang diubah ke pabrik masker sampai pabrik makanan dan minuman.
7. Malaysia
Malaysia mengirimkan 2.500 orang untuk melakukan sidak di berbagai supermarket, mengecek ketersediaan stok. Sekaligus memberi himbauan dan teguran keras bagi masyarakat agar membeli dalam batas normal tidak sampai memborong.
Kebijakan di atas diberlakukan oleh masing-masing negara demi mencegah panic buying yang merupakan efek samping lockdown. Setiap negara memiliki kebijakan tersendiri karena disesuaikan kebutuhan masing-masing. Jika Indonesia memberlakukan lockdown tentunya kebijakan untuk menanggulangi panic buying bisa jadi berbeda dari yang sudah disebutkan.